Benarkah pernyataan “seorang educator adalah pendidik, pemikir, dan pembelajar yang ulung?”
Pokok pikiran
Seorang edukator dapat dikatakan sebagai pendidik, pemikir dan pembelajar yang ulung apabila dalam kehidupannya menerapkan beberapa prinsip yaitu :
1. Selalu melakukan hal yang benar (Stephen R. Covey)
2. Menjadikan hidup lebih bermakna melalui Delapan langkah pemikiran sebagai pengoptimalan kedua belahan fungsi otak kanan dan otak kiri. (John Chaffee)
3. Belajar sepanjang hayat yang dilandasi dengan 4 pilar pendidikan
resume
I. Internalization : Selalu melakukan hal yang benar (Stephen R. Covey)
1. Proaktif : Selalu menciptakan atau mengontrol situasi lebih dari respon biasa / selalu menciptakan suasana yang lebih hidup.
2. Keep the end in mind : Selalu menanamkan dalam ingatan apa yang telah menjadi kesimpulan akhir.
3. Prioritizing : Selalu memilah mana yang paling penting dalam skala prioritas.
4. Win-win thinking/approach/solution : Selalu mau mencoba dalam pembuktian pemikiran dan pemecahan masalah.
5. Pertama mengerti, kemudian dimengerti : Selalu dapat memahami dan mengerti apa yang telah disampaikan, kemudian dapat mentransfer apa yang telah dipahami tersebut sehingga orang lain dapat memahami apa yang telah kita mengerti.
6. Synergize : Selalu dapat berinteraksi dan bekerjasama dengan orang lain dalam suatu kelompok/substansi untuk mendapatkan atau menggabungkan pemikiran/pengaruh menjadi yang lebih hebat ketimbang dari pemikiran/pengaruh perorangan.
7. Sharpen the saw : Selalu mempertajam sudut pandang dalam pola pikir yang bewawasan maju.
II. The Thinker’s way : Jalan Pemikiran/ Langkah-langkah Pemikiran
Langkah-langkah yang membuat hidup menjadi lebih bermakna menurut Jhon Chaffee adalah :
1. Think critically : Berfikir kritis dilakukan untuk dapat menyikapi semua persoalan yang ada hingga kepada inti persoalannya agar dapat menemukan solusi yang sesuai.
2. Live creatively : Hidup creative dilakukan untuk menciptakan ataupun memodifikasi pemecahan masalah sesuai dengan kondisi yang ada, sehingga dapat tepat guna.
3. Choose freely : Bebas memilih apa yang hendak dilakukan, tetapi kebebasan ini dilandasi dengan kesadaran diri untuk melakukan hal-hal yang positif.
4. Effective problem-solving : Pemecahan masalah secara efektiv dapat dilakukan apabila seseorang mengetahui benar inti persoalan dan mempunyai pengetahuan yang cukup tentang masalah tersebut.
5. Effective communication : Komunikasi yang efektiv dilakukan untuk dapat menyampaikan hal atau pemecahan masalah tersebut agar dapat dipahami dan diterima oleh orang lain atau lawan bicara.
6. Analyzing complex issues : Melakukan analisis masalah secara keseluruhan dialakukan hingga memperoleh rincian dari masalah-masalah tersebut dan hal apa saja perlu dilakukan untuk menyelesaikanya.
7. Developing insightful values : Mengembangkan nilai-nilai yang berwawasan agar mendapatkan pengetahuan dari sisi lain dan kemudian dapat menemukan solusi yang yang tepat untuk menyikapi berbagai masalah yang ada.
8. Thingking through relationship : Berfikir secara relationship dilakukan agar dapat mengambil beberapa hal postif yang sesuai dari berbagai disiplin ilmu atau pengetahuan untuk dijadikan rancangan dalam sebuah solusi yang tepat untuk suatu masalah.
Tiga langkah yang pertama merupakan prinsip hidup yang merupakan dimensi diri manusia yang dapat menciptakan seseorang yang intelegen, kreatif dan berketetapan hati.
Delapan langkah pemikiran tersebut merupakan Pengembangan dari fungsi belahan otak Kiri (berpikir vertikal / logis, sistematis, analisis) dan belahan otak Kanan (berpikir lateral / intuitif / emosional, kritis, sintesis)
Kreatifitas adalah seseorang yang selalu mencari sesuatu dengan cara yang berbeda dari orang biasa / awam, tetapi berbeda itu tidak selalu sama dengan kreatif. Perbedaan ini dapat dikategorikan eksentrik.
Kreatifitas berbeda dalam pola pemikiran, sedangkan eksentrisitas adalah berbeda dalam adat kebiasaan / lingkungan.
III. Belajar sepanjang hayat yang dilandasi dengan 4 pilar pendidikan
Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Seperti tubuh yang membutuhkan makanan. Setiap manusia membutuhkan pendidikan. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu untuk bersaing, disamping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.
Tujuan pendidikan yang kita harapkan hendaknya bisa mengembangkan manusia menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Oleh karena itu UNESCO mencanangkan 4 pilar pendidikan :
1. Learning to know (belajar untuk mengetahui)
Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha untuk mengetahui informasi yang dibutuhkan dan berguna bagi kehidupan.
2. Learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu)
Belajar untuk mengetahui dalam prosesnya tidak sekedar mengetahui apa yang bermakna tetapi juga sekaligus mengetahui apa yang tidak bermanfaat bagi kehidupan. Oleh karena itu pendidik seharusnya tidak hanya berfungsi sebagai sumber informasi melainkan juga sebagai fasilitator. Disamping itu pendidik hendaknya dapat berperan sebagai teman dalam berdialog untuk mengembangkan penguasaan pengetahuan.
3. Learning to be (balajar untuk menjadi sesuatu)
Penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari proses belajar menjadi diri sendiri. Diartikan sebagai proses pemahaman terhadap pengetahuan dan jati diri. Belajar berperilaku sesuai dengan norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat, serta belajar menjadi orang yang berhasil, sesungguhnya adalah proses pencapaian aktualisasi diri. Pengembangan diri secara maksimal berkaitan dengan bakat dan minat, perkembangn fisik dan kejiwaan, tipologi pribadi anak dan kondisi lingkungannya.
4. Learning to life together (belajar untuk menjalani kehidupan bersama)
Dengan kemempuan yang dimiliki, sebagai hasil dari proses pendidikan, dapat dijadikan sebagai bekal untuk mampu berperan dalam lingkungan dimana individu tersebut berada, sekaligus mampu menempatkan diri sesuai dengan perannya. Sehingga kelak siswa mampu bersosialisasi di masyarakat.
Kesimpulan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar