JAWA TENGAH

JAWA TENGAH
PUNCAK BECICI

Senin, 16 November 2020

FISLAFAT NUKLIR DALAM KEHIDUPAN

 

PENDAHULUAN

 1.1.            Latar belakang 

            Ilmu Kimia merupakan bagian dari Ilmu-ilmu Eksakta, yang dikenal dengan ilmu pengetahuan Alam (science). Dalam ilmu Kimia kita mempelajari unsur dan senyawa yang terdapat di alam, reaksi-reaksi / proses-proses kimia, baik proses/reaksi yang alami maupun yang sintetis atau buatan, juga mempelajari mineral-mineral dalam alam. Ilmu Kimia sebenarnya sangat dekat dengan kehidpan manusia. Bagi sebagian masyarakat jika mendengarkan kata kimia, langsung berpikir yang negative. Misalnya Kimia itu adalah suatu zat yang bisa merusak, menghancurkan serta segala sesuatu yang berbahaya.

            Ilmu Kimia itu sendiri terbagi menjadi beberapa bagian, diantaranya adalah Kimia Oganik, Kimia Anorganik, Biokimia, Kimia Fisika, Kimia Nuklir (inti), Kimia terapan yang mencakup banyak ilmu-ilmu terapan, misalnya Kimia Polimer, Kimia Bahan Alam, Kimia Medisinal, dan lain-lain. Ilmu Kimia sebenarnya adalah pusat dari ilmu-ilmu alam, mengapa demikian?

            Pada bagian Ilmu Kimia Organik adalah ilmu yang mempelajari segala suatu yang berkaitan dengan organ, organ hanya dimilki mahluk hidup. Jadi ilmu Kimia Oganik adalah ilmu yang berkaitan dengan kehidupan/mahluk hidup. Misalnya manusia, hewan dan tumbuhan dapat dikatakan adalah senyawa Kimia Organik, karena materi penyusun pada manusia, hewan dan tumbuhan adalah senyawa-senyawa organik. Seperti unsur Karbon, Hidrogen dan Oksigen adalah unsur-unsur terbesar sebagai penyusun materi pada tubuh mahluk hidup. Sedangkan Kmia Anorganik adalah yang non hidup, misalnya logam dan yang lain. Biokimia adalah pelajaran antara hubungan ilmu kimia dengan ilmu Biologi; Kimia Fisika, hubungan ilmu Kimia dengan ilmu Fisika, misalnya elektron. Dan Kimia Nuklir (inti) adalah yang mempelajari tentang inti atom, dimana atom adalah partikel penyusun materi terkecil dari semua materi yang ada di dalam alam.


 1.2.            Dasar pemikiran

           

           Kimia Nuklir (Nuclear) berasal dari kata Nucleon, yang artinya inti. Jika mendengar kata Nuklir, otomatis di kepala membayangkan segala sesuatu yang membahayakan. Oleh sebab itulah mengapa penulis mengangkat tema ini sebagai pembahasan dalam tinjauan ilmu Filsafat.

            Nuklir, berbahaya? Pada masa Perang Dunia II untuk menaklukkan Negara Jepang maka negara sekutu yang dipelopori oleh Amerika sebagai Negara adikuasa menjatuhkan bom atom di Hirosyima dan Nagasaki, yang radiasi unsur radioaktifnya mencapai ribuan kilometer. Saat itu penduduk kedua kota tersebut sebagian besar meninggal dunia karena terkena radiasi zat radioaktif yang mematikan. Bertolak dari peristiwa tersebut yang selalu merupakan sorotan bagi masyarakat adalah bahayanya suatu ilmu yang disebut Nuklir. Di dalam masyarakat awam jikakalau ditanyakan kepada mereka tentang apa yang diketahui atau pendapatnya tentang atom/nuklir? Pasti jawaban yang muncul adalah Bom Atom/Bom Nuklir, karena dampak bahayanya yang sangat besar dan menimbulkan kerusakan di muka bumi.

            Di Indonesia, paradigm tentang ilmu nuklir yang sebenarnya belum memasyarakat. Paradigma lama yang menyatakan bahwa dampak nuklir dapat merusak dan membahayakan kehidupan manusia itu  masih belum bisa lepas dari pemikiran masyarakat awam. Padahal kalau mereka mau melihatnya dalam kacamata perspektif ilmu, maka pemikiran lama akan luntur secara drastis.

            Pada hakekatnya ilmu Nuklir justru dapat sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, dan dapat dikembangkan untuk kemaslahatan umat manusia, serta dapat bersahabat dengan alam. Tergantung juga pada manusianya, manusia yang mana yang menggunakan nuklir tersebut. Oleh sebab itulah penulis mengangkat tema tentang bagaimana tinjauan ilmu Nuklir dalam pandangan filsafat secara Ontology, Epistemology, dan axiology. 

 

 

TINJAUAN FILSAFAT NUKLIR

 

2.1.     Kimia Nuklir dalam tinjauan Ontology 

            Ontology berasal dari bahasa Yunani , yaitu on (ada) dan ontos (berada). Secara bahasa Ontology adalah Ilmu Filsafat dengan melihat bagaimana cara pandang suatu ilmu terhadap suatu objek materi, menurut paham Barat. Sedangkan ontology menurut paham Islam adalah Pengetahuan manusia yang hakekatnya dari Allah SWT. Yang didapati dari beberapa aliran. Aliran ini pun masih terkait erat dengan paham manusia tentang wujud (ada).

            Paham wujud dalam pandangan Islam memberikan pemahaman bahwa aliran ilmu terdiri dari : Pertama, panca indera eksternal, yang meliputi peraba (touch), perasa (taste), pencium (smell), pendengaran (hearing), dan penglihatan (sight); Kedua, panca indera internal, yakni indera bersama (common sense atau al-hiss al-musytarak), representasi (representaion atau al-khayaliyyah), estimasi (estimation atau al-wahmiyyah), rekoleksi (retention/recollection atau al-hafizah/al-dhakirah), imaginasi (imagination atau al-khayal/al-mutakhalliyyah). Oleh sebab itu dalam Islam ilmu akan disebut sains kalau ia mempunyai tujuan positif secara fisika dan metafisika, inilah yang disebut maqaashid syari’ah.

            Kaitannya dengan kaidah moral bahwa dalam menetapkan objek penelaahan, kegiatan keilmuan tidak boleh melakukan upaya yang bersifat mengubah kodrat manusia, merendahkan martabat manusia, dan mencampuri masalah kehidupan. Disamping itu ilmu bersifat netral terhadap nilai-nilai yang bersifat dogmatis dalam menafsirkan hakikat realistis, sebab ilmu merupakan upaya manusia untuk mempelajari alam sebagaimana asalnya.

            Pada masa Perang Dunia ke II Nuklir digunakan sebagai mesin pembunuh dan pengrusak kehidupan manusia serta penghancur kelestarian alam. Ini yang melanggar paham ontologi dari keilmuan itu sendiri. Arogansi beberapa Negara menyebabkan pelanggaran terhadap hak hidup manusia yang tidak berdosa, martabat  dan kodrat sebagai manusia terabaikan. Peristiwa ini yang membuka mata dunia betapa banyaknya pelanggaran yang diciptakan atas ilmu yang dikembangkan. 

2.1.1.   Nuklir dalam pandangan Ontology Islam 

Objek telaah Kimia Nuklir adalah bahwa, Nuklir yang di hasilkan berasal dari inti atom (Nucleon) yang mengalami pembelahan sehingga menghasilkan atom-atom atau unsur-unsur yang baru. Ditinjau dari ontology bahwa atom adalah partikel tekecil penyusun suatu materi yang ada di alam. Nuklir adalah suatu reaksi atau proses pembelahan inti atom yang membentuk inti atom baru dengan menghasilkan energi yang sangat besar. Ada juga reaksi Nuklir yang dihasilkan karena adanya penggabungan dua inti atom yang menghasilkan energi yang lebih dasyat, proses inilah yang terjadi pada Matahari.

Didalam wahyu pun telah diajarkan kepada kita bahwa inti dari penyusun materi paling kecil yang ada di dalam alam adalah atom yang diterjemahkan sebagai biji sawi.

Seperti yang tertulis dalam Qs. Luqman ayat 16, berbunyi :

Qs. Lukman : 16

Yang artinya : 

(Lukman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui."

            Wujud nyata Nuklir dalam kehidupan sehari-hari adalah bahwa matahari yang menjadi sumber enegi, cahaya dan kehidupan adalah objek yang dapat dapat diamati secara fisika dan metafisik. Sebagaimana dijelaskan dalam Qs. Ar Ra’d  ayat 2 yang bebunyi :

  Qs. Ar Ra’d : 2

Yang artinya :

“Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.”

            Ini menjelaskan kepada kita bahwa ilmu yang dapat dikembangkan oleh manusia memiliki batasan-batasan dalam pemikiran. Dalam ilmu metafisika mempelajari tentang hakikat, yang tersimpul di belakang dunia fenomenal dengan batasan indera yang menjadi objek pemikirannya dalam segala aspeknya, termasuk pengalaman yang dapat ditangkap oleh indra.

            Sebagai contoh, Iran adalah Negara yang sangat memperhatikan masyarakatnya dengan membangun Pembangkit Tenaga Nuklir. Ketika kemudian hari Iran dituduh membangun pembangkit senjata Kimia, itu hanyalah ketakutan dari Negara lain yang tidak ingin melihat Negara tersebut berkembanng. Pandangan yang menyatakan bahwa Iran adalah Negara Islam yang maju ingin dilunturkan oleh Negara yang tidak ingin melihatnya berkembang. Jika dilihat dari tinjauan ontology ilmu yang dikembangkan oleh Negara Iran bisa diterima karena tidak membawa kehancuran untuk umat manusia pada umumnya dan masyarakat setempat pada khususnya.

         Penciptaan nuklir merupakan perkembangan ilmu pengetahuan yang dilandasi dengan pemahaman konsep teori dan dibatasi oleh norma-norma kehidupan. 

2.2.      Nuklir dalam tinjauan Epistemology 

            Epistemology berasal dari bahasa Yunani episteme dan logos. Episteme biasa diartikan pengetahuan atau kebenaran, dan Logos diartikan pikiran, kata atau teori. Epistimologi secara etimologi dapat diartikan teori pengatahuan yang benar dan lazimnya hanya disebut teori pengetahuan yang dalam bahasa inggrisnya menjadi theory of knowledge. Epistemologi juga dapat di artikan adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan, dasar dan pondasi, alat, tolok ukur, keabsahan, validitas, dan kebenaran ilmu, makrifat, dan pengetahuan manusia.

Reaksi Nuklir terbagi dua macam, Reaksi Fisi dan Reaksi Fusi. Reaksi Fisi adalah reaksi Pembelahan inti atom seperti yang dituliskan sebelumnya, sedangkan reaksi Fusi adalah Reaksi penggabungan inti atom.

Reaksi Fisi         

          Sebagai contoh reaksi Fisi adalah, Pembelahan Inti Uranium, yang digunakan sebagai bahan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, menjadi inti atom Barium dan inti atom Kripton. Pada saat reaksi tersebut berlangsung menghasilkan energi yang sangat besar. Ditandai pula dengan hasil sampingan berupa partikel-partikel nukleotida(n) yang merupakan partikel radioaktif.


Reaksi Fusi          Sedangkan contoh reaksi Fusi adalah penggabungan inti berat Deutrium (2H) dengan Triterium (3H) akan menghasilkan atom Helium (He), Energi yang dihasilkan lebih dasyat lagi. Reaksi Fusi ini terjadi pada matahari. Energi yang besar dari hasil reaksi fusi tersebut menyebabkan matahari berpijar.

          Ditinjau dari epistemology Matahari adalah objek telaah dalam kajian metafisika karena tidak ada satu orang pun yang bisa menghitung berapa besar energi yang dihasilkan oleh matahari, tetapi matahari ada secara fisik, karena sebagai pusat dari tata surya. Dan di yakini bahwa bumi beredar mengelilingi matahari. Helium yang dihasilkan membuat matahari berpijar dasyat sehingga dapat menerangi bumi pada siang hari. Kita mengenal ada cahaya infra merah dan ultra violet berasal dari matahari, itu berasal dari pijaran Helium.

Contoh lain, bom atom yang dijatuhkan Negara sekutu di Jepang pada PD II adalah bom dengan kekuatan inti Plutonium. Saat bom dengan berat ribuan kilo tersebut menyentuh tanah maka terjadilah reaksi pembelahan inti. Yang berbahaya dalam hal ini adalah radiasinya bukan inti atom Plutonium yang terkandung. Saat terjadi pembelahan inti (reaksi fisi), reaksi akan menghasilkan partikel radioaktif (Nukleotida), seperti Alpha (α) atau Helium, Beta (β), Gamma(γ), dan lain-lainnya. Radiasi partikel-partikel tersebutlah yang berbahaya. Seperti contoh, penemu inti uranium sebagai unsur radioaktif adalah Merry Curry, yang akhir hayatnya pun dikarenakan radiasi dari partikel radioaktif itu sendiri.

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang sekarang sedang digalakkan, merupakan perluasan dari Kimia Nuklir. Energi yang dihasilkan saat pemecahan inti dapat ditangkap dalam suatu reaktor yang dinamakan reaktor nuklir. Dengan pengembangan pengetahuan dibuatlah suatu pembangkit yang bisa menampung ribuan elektron Volt (eV) energi. Sebagian besar orang Indonesia berpikir bahwa PLTN adalah berbahaya dan bermanfaat bagi kehidupan khalayak banyak. Pada dasarnya ketakutan tersebut tidak beralasan, karena yang dibayangkan hanyalah yang negatifnya saja. Andai sebagian besar bangsa ini mau belajar dan mengubah paradigm tentang nukli pasti kita bisa menuju Negara maju, tidak hanya behenti pada tingkatan Negara berkembang.

Dengan kamajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, Gregory Bateson menilai kemajuan ini cenderung memperbudak manusia akibat dari kesalahan epistemologi barat dan ini harus diluruskan. Upaya pelurusan kekeliruan epistemologi barat dapat dilakukan dengan memanfaatkan aksiologi. 

2.3.      Nuklir dalam tinjauan Axiology 

Aksiologi mempunyai banyak definisi, salah satu diantaranya dikemukakan oleh Bramel bahwa aksiologi terdiri dari tiga bagian yaitu moral conduct, esthetic expression dan sosio-political life. Aksiologi harus membatasi kenetralan tanpa batas terhadap ilmu pengetahuan, dalam arti bahwa kenetralan ilmu pngetahuan hanya sebatas metafisik keilmuan, sedangkan dalam penggunaannya haruslah berlandaskan pada nilai-nilai moral.

Aksiologi adalah cabang ilmu filsafat yang mempelajari tentang nilai secara umum. Ilmu pada dasarnya harus digunakan dan dimanfaatkan untuk kemaslahatan manusia pada umumnya. Dalam hal ini, ilmu dapat digunaka sebagai sarana atau alat dalam meningkatkan taraf hidup manusia dengan memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, dan kelestarian atau keseimbangan alam. 

2.3.1. Nuklir dan perkembangannya di Indonesia 

Seperti contoh yang dikemukan sebelumnya bahwa PLTN adalah kembangan ilmu pengetahuan yang membawa kepada kemaslahatan umat dan kelestarian alam sehingga dapat meningkatkan taraf hidup khalayak banyak. Di negara-negara maju dapat terlihat ketika mereka mendirikan satu pembangkit nuklir, pendapatan perkapita langsung naik secara drastis. Akhirnya mereka menambahkan reaktor-reaktor nuklir kembali untuk terus meningkatkan taraf hidup masyarakatnya. Secara logika, dengan penyediaan energi yang begitu besar dari PLTN kita dapat menyediakan penerangan tanpa ada gelap. Dunia bisnis jadi lebih meningkat dan tidak ada gangguan operasional pada pekerjaan apapun, terutama dunia produksi.

Nuklir selain dimanfaatkan untuk PLTN, juga di gunakan untuk pengembangan dalam bidang makanan serta ternak. Contoh pada padi, padi hasil reaksi nuklir sudah banyak yang kita makan dengan kualitas yang terjamin. Dokter-dokter ilmu juga nuklir sudah dikembangkan dan tidak kalah bersaing dengan dokter-dokter di Negara Singapore yang terkenal dengan kehebatan dokternya. Kesimpulannya, sesungguhnya Nuklir disini merupakan nilai positif jika kita melihat dari pandangan ilmu pengetahuan yang positif dan dapat dipertanggung jawabkan.

  

Sistem pengamanan Pembangkit Nuklir tersebut dapat dilihat pada gambar disamping. Sistem pengamanan yang berlapis menunjukkan bahwa tingkat keamanan dalam PLTN sangat berlapis. Dalam lingkungan sangat bersahabat, karena adiasi yang timbulkan sangat kecil, Karena etiap unsur yang ada di alam pun sebenarnya memberikan radiasi terhadap kehidupan. Sedangkan untuk tingkat pencemaran pun lebih rendah dari pembangkit listrik manapun, serta limbah yang dihasilkan tidak begitu banyak seperti yang dihasilkan oleh PLTU dan yang tak kalah penting aman dalam penyimpanan. Sehingga limbah nuklir tidak akan bersentuhan dengan alam.

Berbeda dengan Bom Nuklir pada PD II tersebut, dampak yang ditimbulkan sangat besar. Merusak kelestarian alam, keseimbangan ekosistem terganggu, menghancurkan kehidupan manusia, bahkan pembunuhan masal. Nah contoh kasus ini memberikan nilai yang negatip, karena ilmu pengetahuan dijadikan ajang untuk unjuk kekuatan yang tidak membawa kemaslahatan bagi umat manusia, bahkan justru menghancurkan.

 

KESIMPULAN DAN SARAN 


1.      Kimia Nuklir adalah kembangan ilmu pengetahuan dapat membawa kemaslahan bagi umat manusia.

2.      Nuklir merupakan pespektif ilmu yang harus dibatasi dengan norma-norma sosial dan kehidupan manusia.

3.      Paradigma tentang ilmu Nuklir di Indonesia masih belum meluas, karena masih dibayang-bayangi oleh ketakutan pada pengalaman masa lampau.

4.      Pandangan terhadap sutau perkembangan ilmu sebaiknya dilihat dengan kacamata perspektif keilmuan.  


DAFTAR PUSTAKA 

Jujun S Suriasumantri, 1984. Ilmu dalam Perspektif. Jakarta. Gramedia.

 

Surajiyo. 2008. Filsafat Ilmu dan Pekembangannya di Indonesia. Jakarta. Edisi 1, Cetakan ketiga. Bumi Aksara.

 

Yoga Peryoga, dkk. 2007. Mengenal Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. Jakarta. Kementrian Riset dan Teknologi. ISBN : 978 - 979 - 630 - 047 – 1.

 

http://pdfdatabase.com/download_file_i.php?file=4255341&desc=HUKUM+DASAR+KIMIA+DAN+PERHITUNGAN+KIMIA+.pdf

 

http://masdimyati.multiply.com/journal/item/2/Sains_Barat_Tantangan_Islam_ 

http://www.unhas.ac.id/rhiza/arsip/mystudents/syahir/filsafat-ilmu.html


LANDASAN ILMU KEPENDIDIKAN

  Benarkah pernyataan “seorang educator  adalah pendidik, pemikir, dan pembelajar yang ulung?”


Pokok pikiran

Seorang edukator dapat dikatakan sebagai pendidik, pemikir dan pembelajar yang ulung apabila dalam kehidupannya menerapkan beberapa prinsip yaitu :

1.     Selalu melakukan hal yang benar (Stephen R. Covey)

2.     Menjadikan hidup lebih bermakna melalui Delapan langkah pemikiran sebagai pengoptimalan kedua belahan fungsi otak kanan dan otak kiri. (John Chaffee)

3.     Belajar sepanjang hayat yang dilandasi dengan 4 pilar pendidikan

 

resume

I.  Internalization      :  Selalu melakukan hal yang benar (Stephen R. Covey) 

1.      Proaktif                :  Selalu menciptakan atau mengontrol situasi lebih dari respon biasa / selalu menciptakan suasana yang lebih hidup.

2.      Keep the end in mind : Selalu menanamkan dalam ingatan apa yang telah menjadi kesimpulan akhir.

3.      Prioritizing             : Selalu memilah mana yang paling penting dalam skala prioritas.

4.      Win-win thinking/approach/solution    :  Selalu mau mencoba dalam pembuktian pemikiran dan pemecahan masalah.

5.      Pertama mengerti, kemudian dimengerti    : Selalu dapat memahami dan mengerti apa yang telah disampaikan, kemudian dapat mentransfer apa yang telah dipahami tersebut sehingga orang lain dapat memahami apa yang telah kita mengerti.     

6.      Synergize             :  Selalu dapat berinteraksi dan bekerjasama dengan orang lain dalam suatu kelompok/substansi untuk mendapatkan atau menggabungkan pemikiran/pengaruh menjadi yang lebih hebat ketimbang dari pemikiran/pengaruh perorangan.

7.      Sharpen the saw      :   Selalu mempertajam sudut pandang dalam pola pikir yang bewawasan maju.

 

II.   The Thinker’s way   :   Jalan Pemikiran/ Langkah-langkah Pemikiran

Langkah-langkah  yang membuat hidup menjadi lebih bermakna menurut Jhon Chaffee adalah :

 

1.   Think critically            :   Berfikir kritis dilakukan untuk dapat menyikapi semua persoalan yang ada hingga kepada inti persoalannya agar dapat menemukan solusi yang sesuai.


2.   Live creatively          :    Hidup creative dilakukan untuk menciptakan ataupun memodifikasi pemecahan masalah sesuai dengan kondisi yang ada, sehingga dapat tepat guna.


3.   Choose freely              :   Bebas memilih apa yang hendak dilakukan, tetapi kebebasan ini dilandasi dengan kesadaran diri untuk melakukan hal-hal yang positif.


4.   Effective problem-solving  :   Pemecahan masalah secara efektiv dapat dilakukan apabila seseorang mengetahui benar inti persoalan dan mempunyai pengetahuan yang cukup tentang masalah tersebut.


5.   Effective communication  :    Komunikasi yang efektiv dilakukan untuk dapat menyampaikan hal atau pemecahan masalah tersebut agar dapat dipahami dan diterima oleh orang lain atau lawan bicara.


6.   Analyzing complex issues  :   Melakukan analisis masalah secara keseluruhan dialakukan hingga memperoleh rincian dari masalah-masalah tersebut dan hal apa saja perlu dilakukan untuk menyelesaikanya.


7.   Developing insightful values :  Mengembangkan nilai-nilai yang berwawasan agar mendapatkan pengetahuan dari sisi lain dan kemudian dapat menemukan solusi yang yang tepat untuk menyikapi berbagai masalah yang ada.


8.   Thingking through relationship :  Berfikir secara relationship dilakukan agar dapat mengambil beberapa hal postif yang sesuai dari berbagai disiplin ilmu atau pengetahuan untuk dijadikan rancangan dalam sebuah solusi yang tepat untuk suatu masalah.

Tiga langkah yang pertama merupakan prinsip hidup yang merupakan dimensi diri manusia yang dapat menciptakan seseorang yang intelegen, kreatif dan berketetapan hati.

Delapan langkah pemikiran tersebut merupakan Pengembangan dari  fungsi belahan otak Kiri (berpikir vertikal / logis, sistematis, analisis) dan belahan otak Kanan (berpikir lateral / intuitif / emosional, kritis, sintesis) 


Kreatifitas adalah seseorang yang selalu mencari sesuatu dengan cara yang berbeda dari orang biasa  / awam, tetapi berbeda itu tidak selalu sama dengan kreatif. Perbedaan ini dapat dikategorikan eksentrik. 


Kreatifitas berbeda dalam pola pemikiran, sedangkan eksentrisitas adalah berbeda dalam adat kebiasaan / lingkungan.

 

 III.  Belajar sepanjang hayat yang dilandasi dengan 4 pilar pendidikan

Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Seperti tubuh yang membutuhkan makanan. Setiap manusia membutuhkan pendidikan. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu untuk bersaing, disamping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

Tujuan pendidikan yang kita harapkan hendaknya bisa mengembangkan manusia menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Oleh karena itu UNESCO mencanangkan 4 pilar pendidikan :

1.       Learning to know (belajar untuk mengetahui)

Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha untuk mengetahui informasi yang dibutuhkan dan berguna bagi kehidupan. 

2.       Learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu)

Belajar untuk mengetahui dalam prosesnya tidak sekedar mengetahui apa yang bermakna tetapi juga sekaligus mengetahui apa yang tidak bermanfaat bagi kehidupan. Oleh karena itu pendidik seharusnya tidak hanya berfungsi sebagai sumber informasi melainkan juga sebagai fasilitator. Disamping itu pendidik hendaknya dapat berperan sebagai teman dalam berdialog untuk mengembangkan penguasaan pengetahuan. 

3.     Learning to be (balajar untuk menjadi sesuatu)

Penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari proses belajar menjadi diri sendiri. Diartikan sebagai proses pemahaman terhadap pengetahuan dan jati diri. Belajar berperilaku sesuai dengan norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat, serta belajar menjadi orang yang berhasil, sesungguhnya adalah proses pencapaian aktualisasi diri. Pengembangan diri secara maksimal berkaitan dengan bakat dan minat, perkembangn fisik dan kejiwaan, tipologi pribadi anak dan kondisi lingkungannya. 

4.     Learning to life together (belajar untuk menjalani kehidupan bersama)

Dengan kemempuan yang dimiliki, sebagai hasil dari proses pendidikan, dapat dijadikan sebagai bekal untuk mampu berperan dalam lingkungan dimana individu tersebut berada, sekaligus mampu menempatkan diri sesuai dengan perannya. Sehingga kelak siswa mampu bersosialisasi di masyarakat.

 

Kesimpulan

          Seorang educator dapat dikatakan sebagai seorang pendidik, pemikir, dan pemelajar yang ulung jika dapat menjadikan hidupnya lebih bermakna dan akan selalu melakukan hal –hal yang benar. Dengan berpandangan Belajar sepanjang hayat dengan dilandasi dengan 4 pilar pendidikan. Long life be a learner and long life education.